24 September 2007

Serunya jalan-jalan dengan anak bayi!

Kalau sudah punya anak, inginnya selalu bersama anak-anak, termasuk ketika sedang berjalan-jalan. Seru! Itulah kata yang menggambarkan pengalaman selama ini berjalan-jalan bersama anak-anak kami, Byrru dan Aqila. Berikut saya ingin berbagi beberapa pengalaman jalan-jalan kami,

NIGHT PARTY WITH BYRRU
Hari itu kami berangkat dari Bogor sore hari menuju Cilegon, tujuannya menghadiri resepsi pernikahan Om Chandra dan Tante Rani pada malam harinya. Seru, karena Byrru sudah hampir berumur 1 tahun, jadinya makannya sudah lebih kompleks, yaitu bubur nasi, untungnya sudah ada bubur nasi instan yang tinggal diseduh aja. Sempat khawatir karena pestanya malam hari, apakah akan membuat Byrru rewel? Ternyata Byrru menikmati suasana, dia sedang belajar jalan, jadi pengennya terus jalan-jalan tanpa peduli bahwa dia ada di luar ruangan yang berangin dan banyak orang asing.
Alhamdulillah, hari itu Byrru juga bisa tidur nyenyak meskipun suara musik menggema sekali sampai entah jam berapa. Lega, satu event sudah terlewati dengan lumayan mulus. Keesokan harinya kami, bersiap pulang naik kendaraan umum. Ternyata yang ada adalah kendaraan bis ekonomi. Jadinyalah kami sekeluarga seperti piknik dalam bis ekonomi tersebut, karena Byrru harus melalui makan siang di dalam bis, minum susu berkali-kali dan kegiatan lainnya yang cukup membuat kami terlihat sangat sibuk sekali.
Alhamdulillah kami tiba kembali di Bogor setelah menempuh perjalanan yang sepertinya tiada akhir (Transportasi Bis ekonomi sangat tidak bisa dipercaya ketepatan waktunya). Kami tiba sore hari, Byrru langsung mandi dan kami pun bersiap untuk istirahat, karena beberapa hari kemudian kami akan pergi menuju Bojo, Sulawesi Selatan.

BYRRU'S FIRST FLIGHT
Ini perjalanan Byrru yang pertama dengan menggunakan pesawat terbang. Hari itu ada delay, kami cukup lama tertahan di Bandara, Byrru sama sekali tidak rewel, dia masih sangat exited dengan tempat-tempat baru. Begitu kami on board, Byrru mulai kelihatan tidak mau diam, bosannya mulai muncul. Tempat duduk pesawat yang sempit menyulitkan kami untuk meladeni keinginan Byrru untuk jalan-jalan. Untungnya hari itu kami pergi bersama seorang kerabat (kalau dilihat silsilahnya, dia adalah kenalan dekat keluarga kami di Bojo), beliau inilah yang dengan rela mengajak Byrru berjalan-jalan di dalam pesawat sambil tebar pesona dengan pramugari.
Di jajaran tempat duduk kami ada anak usia 5 tahunan yang membawa tas berupa boneka, yang sangat menarik perhatian Byrru. Segala cara Byrru lakukan untuk mendapatkan tas tersebut, dari mulai memandangi dengan tanpa henti sampai bilang "pinjam". Untungnya perhatian Byrru bisa dialihkan, dan tas boneka tersebut dikembalikan pada si empunya.
Byrru sempat santap sore di pesawat, tapi tidak sempat mandi, padahal sudah aktivitas seharian dan badannya mulai lengket tidak nyaman. Setelah pake acara transit di Surabaya, akhirnya kami sampai juga di Bandara Hasanuddin, Ujungpandang, Byrru berlaku biasa saja bertemu dengan keluarga yang jarang ditemui, namanya juga saudara, jadi dia nyaman-nyaman saja.


BRRRRR, DINGINNYA MALINO
Ketika kami mengunjungi Sulawesi Selatan, kami selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu obyek wisata disana. Pilihan kami kali ini adalah Malino, tempat air terjun yang sangat memukau. Seperti biasa, segalanya serba tidak jelas buat kami pendatang ini. Organizer acara ini, yaitu kakak-kakak suamiku mengira bahwa kami punya gambaran yang jelas tentang semua tempat disana. Jadinya ketika mereka bilang tempatnya dekat, itu artinya kita akan berkendara untuk waktu kurang lebih 3 jam. Atau ketika mereka bilang, kita akan mampir sebentar di rumah kerabat, maka kami akan sempat untuk makan siang (plus tidur siang untuk Byrru), kemudian berleha-leha gak jelas dan diakhiri dengan "perampokan besar-besaran", yaitu kami mengambil apa yang bisa di bawa saat itu, kalau tidak bisa di bawa saat itu, maka kami minta untuk dikirimkan.
Untuk ke Malino, kami bertekad untuk berenang, atau setidaknya main air. Jadinya lah semua perlengkapan basah-basahan disiapkan. Saya excited membayangkan Byrru main-main air. Kami sekeluarga siap-siap dari pagi, ternyata kami masih ada di rumah sampai jam 11 siang, dan baru bergerak setelah semua persiapan masak selesai (masaknya baru pagi itu, dan banyak sekali persiapan masak yang dilakukan). Selama perjalanan ke Malino Byrru baik-baik saja dan tidak muntah, meskipun jalannya berkelok dan sepupunya yang lain mulai berguguran (muntah maksudnya). Akhirnya sampai juga di sebuah Villa, sekitar jam 2-an. Byrru langsung di buatkan makan siang, tapi karena udara yang begitu dingin, air panas sekalipun menjadi dingin dalam waktu singkat, dan jadilah bubur Byrru menjadi dingin seperti dari kulkas. Makan siang Byrru, gagal, walaupun tidak total, saya masih terobati setidaknya ada beberapa suap yang masuk. Byrru sudah tidak selera makan dan memilih bermain ayuna di halaman bersama sepupu-sepupunya. Acara bakar ikan juga tidak terlalu meriah seperti ketika kami melakukannya di pinggir pantai, ikannya cepat menjadi dingin.
Akhirnya acara yang paling ditunggu dilaksanakan juga, mengunjungi air terjun Malino. Wow! ternyata kami harus menuruni tangga yang cukup terjal dan jumlahnya sangat banyak, Byrru kami gendong bergantian. Ketika tiba di dekat air terjun, ternyata ada jalan mobil yang langsung membawa kami ke dekat air terjun, ya baguuuus! Tak jadi soal, karena semuanya terbayar ketika melihat air terjun yang begitu agung dan indah. Rencana main air gagal total, karena airnya sangat dingin, jadinya saya dan Byrru cuma bisa berjaket lengkap, berlindung di bawah batu yang sangat besar sambil sesekali menyesapi keindahan air terjun Malino. Seru juga melihat sepupu-sepupu Byrru yang begitu gembira main air di salah satu ceruk yang airnya sangat jernih dan segar, apalagi setelah main-main air mereka kembali makan makanan sisa makan siang yang wujudnya sudah campur aduk tapi tetap dinikmati dengan sepenuh hati.
Kami pulang dari Malino sore hari, jadilah Byrru makan sorenya di mobil. Dengan medan yang berkelok dan keadaan mobil yang penuh, ini adalah tantangan tersendiri untuk menyuapi anak. Perjalanan hari itu berakhir malam hari di rumah kakak suamiku, perjalanan yang melelahkan, terutama untuk Byrru, karena esoknya kami bersiap untuk pulang kembali ke Jawa Barat.

MEKARSARI, AQILA'S FIRST RIDE
Bulan Februari, bersejarah untuk Tebi (Tante Febi), karena dia berulang tahun dan sekaligus lulus S1 dari UI. Sebagai orang tua yang bangga, mama dan bapakku memutuskan untuk pergi ke acara wisuda dengan mobil pinjaman. Alhasil ada mobil menganggur untuk keesokan harinya, dan haram kalo gak dipake jalan-jalan. Diputuskanlah kami akan berjalan-jalan ke taman buah Mekarsari. Bulan Februari seharusnya adalah bulan yang cerah ceria tersiram matahari, tapi yang terjadi sebaliknya, hari itu mendung, bahkan hujan cukup deras ketika kami pergi dari rumah.
Aqila belum genap berumur 2 bulan, tapi kami cukup nekat untuk membawanya serta. Semua persiapan sudah dilakukan, jaket, baju ganti, minyak kayu putih, dll. Berangkatlah kami dengan harapan di Mekarsari tidak hujan. Setibanya di sana, saya baru tersadar bahwa saya tidak membawa gendongan untuk bayi, cukup fatal, karena lelah juga harus menggendong bayi terus-menerus tanpa sanggaan. Akhirnya saya berinisiatif untuk mencari kain panjang di toko suvenir, tapi hasilnya nihil.
Aqila jadinya digendong bergantian, dia sangat kooperatif, tidak pernah nangis dan lebih banyak tidur, tapi saya sempat kerepotan juga. Ada momen dimana kami berhenti di kebun duren dan memutuskan untuk makan duren di kebun tersebut. Sambil terus menggendong Aqila dengan satu tangan, saya memilih-milih duren untuk disantap bersama. Byrru juga tampak menikmati suasana, dia sempat berlarian di kebun duren tersebut, padahal keadaan rumputnya basah dan kotor. Kami juga sempat mapir di kebun rambutan dan membeli rambutannya, saya belum pernah merasakan rambutan yang begitu super, kering, manis, dan besar-besar. Byrru tak henti makan rambutan sepanjang perjalanan.
Pada waktu dzuhur kami sholat bergantian, hujan turun cukup deras. Saya menyerahkan Aqila yang masih tidur pada kakeknya, karena saya harus menyuapi Byrru. hari itu menu makanan Byrru adalah Kentucky paket nasi. Makannya lumayan lancar, mungkin karena ada anak dengan mainan dorong-dorongan yang begitu diinginkan oleh Byrru. Jadilah anak itu dikejar-kejar oleh Byrru dan tampak agak terintimidasi, Byrru lumayan agresif kalau menginginkan sesuatu. Karena melihat hal ini, maka ayahnya memutuskan untuk memberikan mainan yang serupa, dan ternyata Byrru memilih mainan dengan gambar kupu-kupu. Sebelum pulang kami menyempatkan diri membeli suvenir, Byrru sangat excited dan memilih beberapa barang, dan barang-barang tersebut senantiasa dia gunakan karena dia memang menyukainya. Meski hari hujan dan keadaan mendung, kami bisa merasakan kehangatan jalan-jalan kali ini, dan kami pulang ke rumah dengan perasaan yang puas.

OCEAN PARK! HERE WE COME
Libur tleah tiba! Kami sekeluarga sangat menantikan liburan kali ini. Kami berencana pergi berenang ke Ocean Park dan diakhiri dengan jalan-jalan di Jakarta fair. Selain tempat liburannya, banyaknya peserta liburan juga menambah semarak suasana (keluarga besar dari ibu dan bapak saya, plus pegawai bapak saya turut serta). Bis pariwisata ukuran besar mengantarkan kami berlibur. Byrru senanga bukan kepalang, dari mulai berangkat, dia menolak untuk duduk bersama saya, tapi memilih duduk bersama keluarga lain yang anaknya seumuran. Byrru praktis tidak pernah duduk dengan saya, dia senantiasa mondar-mandir depan belakang. Bis yang besar adalah arenanya untuk berkeliling. Begitu juga dengan Aqila, saudara-saudara kami cenderung ingin menggendongnya, hanya pada saat minum asi saja Aqila kembali ke saya.
Setibanya di Ocean Park, saya sibuk mengurusi administrasi tiket, Byrru dan aqila beserta rombongan masuk lebih dahulu. Kemudian baru saya menyusul masuk. Luar biasa meriah sekali di dalam Ocean Park. Saya tidak menemukan Byrru, yang ada hanya Aqila digendong tante saya. Saya dan Aqila berganti baju renang, dan menyusul Byrru dan ayah. Air kolam hari itu lumayan dingin, tapi sama sekali tidak menghentikan Aqila dan Byrru untuk bersenang-senang. Aqila main ciprat-cipratan air, sedang Byrru tiada lelah mencoba semua perosotan yang ada. Lama-kelamaan terlihat juga efek air dingin pada Aqila dan Byrru, mereka mulai membiru. Cukup untuk Aqila, setelah mandi dan berganti pakaian, Aqila saya serahkan ke tante saya untuk makan siang dan minum susu. Pada saat saya menggantikan baju untk Aqila, Byrru muntah di tepi kolam, tapi tidak membuatnya berhenti bermain dan kapok dengan air yang dingin. Byrru susah sekali untuk diajak berhenti. Dengan agak memaksa, akhirnya kami berhasil membawa pergi Byrru dari kolam dan mengganti pakaiannya, setelah itu Byrru makan siang.
Pada saat kami selesai berenang, keduanya sedang dalam keadaan tertidur, lelah setelah main air. Siang itu Ocean Park adalah saksi betapa gembiranya Aqila dan Byrru bermain air. Setelah sholat dzuhur, kami bertolak menuju Jakarta Fair, sepanjang perjalanan ke sana, banyak peserta yang tertidur karewna lelah, tapai tidak dengan Byrru, seperti biasa dia berjalan-jalan di bis mengganggu penumpang lain.
Hari sudah sore ketika kami tiba di Jakarta Fair, Aqila sudah tampak lelah tapi belum mau tidur. Begitu juga dengan Byrru, dia sudah mulai gelisah. Semuanya berpencar, dan kami sekeluarga tertinggal dari rombongan yang lain, karena Byrru tidak mau berhenti naik eskalator, bukannya melihat-lihat barang, yang kami lakukan hanyalah naik eskalator. Akhirnya Byrru tertidur, begitu juga dengan Aqila. Byrru kami tidurkan di kereta dorong, dan Aqila saya gendong. Sebelum kami keluar arena Jakarta Fair, Byrru bangun dan saya segera membeli makanan untuk Byrru. Saya dan Byrru sempat naik komidi putar manual yang diputar manusia agar Byrru mau makan. Alhamdulillah, ada juga yang masuk walau tidak banyak. Akhirnya tiba saatnya kami untuk kembali ke rumah, jalan agak macet, jam 10 malam kami baru sampai di rumah. Alhamdulillah semuanya dalam keadaan sehat, hanya lelah fisik saja, yang tidak ada apa-apanya dibandingkan kesenangan yang diperoleh.


CILEGON! WE'RE BACK!
Kali ini perjalanan ke Cilegon didasari untuk bertemu dengan Navid, putra Om Chandra dan Tante Rani. Tak terasa, Perjalanan kami kali ini adalah perjalanan bayi-bayi. Ada Aqila, Byrru dan Kiran. Kami berangkat dari Bogor jam 8 malam. Aqila tidur tidak lama setelah mobil berjalan, sendangkan Byrru tidak menunjukkan tanda-tanda mengantuk.
Kami tiba di rumah orangtua Tante ERani jam 10-11 malam, Byrru sama sekali tidak mengantuk, walaupun sempat tertidur di mobil. kami di jamu makan malam yang telah larut, late supper, orang bule bilang. Sementara Aqila tidur, Byrru semakin menjadi, dia bernyanyi, bolak-balik dalam dan luar rumah, ikut-ikutan mengobrol, dsb.
Aktivitas kami kemudian terpusat di depan TV, sambil bersiap tidur tentunya. Bukannya mengantuk, Byrru malah ikutan nonton wayang golek dengan tante Rima, adiknya Tante Rani sambil asik makan kuaci, itupun kuacinya minta dibukakan oleh Tante Rima. Saya waktu itu sedang menemani Aqila tidur, dan ketika keluar, ternyata Byrru sudah tidur, jam menunjukkan jam 2 dinihari, kuat sekali Byrru bergadang.
Keesokan harinya, Aqila bangun pagi, saya sempat mengajak Aqila jalan-jalan di halaman rumah dan membiarkannya duduk di rumput sambil menikmati sunrise, lucu, tempat seluas itu dibandingkan dengan tubuhnya yang mungil. Tidak lama setelah Byrru bangun, kamipun bersiap-siap pergi ke pantai. Di perjalanan Byrru mulai gelisah, ternyata dia mual, karena tidak lama kemudian dia muntah-muntah. kami segera menghentikan kendaraan, dan membersihkan Byrru, diputuskanlah bahwa pantai yang terdekat langsung menjadi tujuan kami. Saya mengira Byrru akan murung setelah muntah, ternyata tidak sama sekali. Begitu melihat air yang berlimpah-limpah, Byrru langsung excited. Ini adalah pengalaman Byrru dan Aqila yang pertama kali bermain di pantai lengkap dengan ombak yang menghempas tubuh mereka. Mungkin ada pasir atau air laut yang masuk ke telinga atau mata mereka, tapi saya tidak terlalu khawatir, selama mereka masih tampk baik-baik saja. Reaksi Aqila dan Byrru berbeda dengan ktika mereka bermain air di kolam. Mungkin mereka takjub melihat air yang menggulung-gulung mendatangi mereka seperti hidup, dan mereka tidak punya persiapan apa-apa untuk menyambut air yang menghempas tubuh mereka. Sunggu pengalaman yang hebat.
Dari pantai Aqila langsung saya mandikan, ganti pakaian, kemudian makan. Sedangkan Byrru tidak bisa dialihkan dari kolam di dekat pantai, jadinyalah Byrru dan ayah melanjutkan sesi main air mereka di kolam renang. Setelah selesai bermain, Byrru rupanya lapar, dan memakan snack yang ada dengan rakus. Tidak lama kemudian, Byrru pun makan siang. Kami berangkat pulang sore hari menuju Bogor, Byrru mulai gelisah ketika mendekati daerah Bogor, Aqila selalu menjadi anak baik dan tidak rewel. Dia sudah mlai bosan di mobil. Untungnya ada Tante Pupung yang senantiasa mau bernyanyi untuk Byrru. byrru mudah terdistract dengan lagu baru yang dia tidak kuasai. Alhamdulillah kami sampai dengan selamat di Bogor, dan pengalaman di pantai tidak mungkin terlupakan.


nanti ceritanya disambung ya........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar