02 Juni 2007

Mama bilang apa?

Perkara buang air kecil atau pipis merupakan hal yang paling sulit diajarkan kepada Byrru. Sudah berkali-kali dia ngompol di banyak ranjang, di sofa, dan dimana-mana. Semua orang sudah pernah mengajarkan dia bahwa kalo pengen pipis bilang (maksudnya supaya dia bisa segera di bawa ke kamar mandi). Ngomong sih ngomong dia, tapi ngomongnya setelah dia ngompol. Biasanya dengan muka polos tanpa merasa berdosa (namanya juga anak-anak barangkali). "Pipis," begitu katanya. Jadi dia hanya memberitahukan bahwa dia sudah pipis, bukannya mau pipis. Kalo ditanya, "kenapa gak bilang?" Dengan santainya dia malah bilang, "tiba-tiba pipis", sambil cengar-cengir.

Sebenarnya, sejak dia umur beberapa bulan, kami sudah membiasakan untuk mengajaknya ke kamar mandi setiap dia bangun tidur. Kalo sudah dijongkokkan di WC, biasanya dia pipis. Tapi, pernah waktu dia lagi sakit, dia sering bangun saat atau setelah lewat tengah malam. Dan dia selalu menolak kalo mau dipipiskan. Sejak itu dia selalu menolak dipipiskan meskipun sedang tidak sakit lagi. Untungnya ini tidak selalu terjadi. Akhirnya kita sendiri yang harus memperhitungkan waktu. Kalo kira-kira sudah lama sejak terakhir dia pipis, maka dia "dipaksa" untuk dipipiskan, walaupun menolak tapi nggak meronta-ronta. Kami punya kebiasaan sholat berjamaah Magrib dan dia selalu diajak. Dan sebelum sholat, dia dipipiskan. Dalam hal ini dia juga tidak menolak.

Namun, kebiasaan ngompol sembarangan belum bisa dihilangkan sampai saat ini. Saya sudah punya "jadwal rutin" untuk menjemur kasur 2-3 hari sekali. Sepertinya, kebiasaan ngompol ini makin menjadi sejak dia punya adik. Orang-orang tua bilang, ini karena dia mengikuti adiknya, yang tentunya wajar bagi bayi umur sekian bulan untuk ngompol. Jadi, bukannya dia jadi "teladan" adiknya, malah menuruti sang adik. Sampai dimana kebenarannya, wallahu alam. Saya tidak mengerti, kalau memang demikian halnya, apakah itu terjadi di level pikiran atau di level batin. Di sisi lain, dia juga mulai nggak nyaman memakai diaper. Bahkan kasus terakhir, dia pernah bangun di malam hari hanya karena ingin diapernya dibuka. "Cakit, cakit, buka, buka!" Begitu katanya, sambil menangis. Saya jadinya ikut terbangun, "Apanya yang sakit, Byr?" "Pantat cakit, buka, pampernya". Oh, ternyata minta dibuka diapernya. Saya bukalah itu diaper. Karena kebetulan neneknya terbangun, sang nenek meminta agar Byrru tidur bersamanya. Dan bisa ditebak, Byrru ngompol di ranjang nenek. Dua kali!

Istri saya tidak bosan-bosannya mengajari Byrru supaya bilang dulu kalo mau pipis. "Byrru, mama kan sudah bilang kalo mau pipis bilang dulu." Kalo lagi dibilangin gitu dia biasanya menatap orang yang bicara. Dalam hal ini, dia menatap mamanya, seolah sedang mendengarkan dengan serius. "Jadi ingat ya," istri saya melanjutkan, "bilang dulu kalo pipis. Coba, ikutin mama. 'Mama, mau pipis'" "Iya," kata Byrru.

"Mama...", mama memandu.
"Mama...", Byrru mengikuti.
"Bilang apa?" tanya mama.
"Mama, bilang!"
"Mau pipis. Bilang apa?"
"Mama bilang."
"Bukan begitu. 'Mama, mau pipis'"
"Mama bilang."
"'Mama, mau pipis' gitu", mama mulai putus asa.
"Mama bilang."

Begitu terus berulang-ulang, dan mama makin kesal. Eh, dengan ringannya Byrru malah nyanyi....

Bang eh eh em ciapa ini bang
Bang pecannya pake tayang tayang

(Nah, bisa nebak kan lagu apa yang dinyanyikan Byrru?)

Spontan semua yang mendengarkan dialog di atas dari tadi langsung tertawa terbahak-bahak. Mama yang tadinya makin kesal akhirnya tidak bisa menahan ketawa.

Pada kesempatan lain beberapa hari kemudian, Byrru kembali pipis di kursi ruang tengah. Tidak tanggung-tanggung, dua kali di dua kursi berbeda. Ini membuat mamanin (nenek) "memarahi" Byrru. Begini dialognya:

Mamanin: Nggak boleh pipis di kursi, kalo pipis harus dimana?
Byrru: Di ranjang!
Mamanin: Apalagi di situ, gak boleh! Kalo pipis dimana?
Byrru: Di boks (maksudnya boks bayi)
Mamanin: Gak boleh juga, pokoknya kalo pipis harus di WC ya!
Byrru: Di boks aja ah (dengan penuh percaya diri, sambil cengar-cengir)

Pilihan apalagi yang tersisa bagi kami selain tertawa dan tersenyum walaupun sambil greget?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar